Skip navigation.
Home

Apa Kata Dokter Tentang Bahaya Vaporizer

Satu tahun lebih akhir-akhir ini, rokok elektronik type vape jadi trend di kelompok anak muda. Beberapa pemakai beralasan pemakaian vape menolong mereka lepas dari rokok konvensional serta dipandang lebih aman. Tetapi, benarkah pemakaian vape itu aman?

Menurut Agus Dwi Susanto, dokter sekalian Ketua Divisi Penyakit Paru Kerja serta Lingkungan dari RSUP Persahabatan, walau belumlah ada data yang sahih berkaitan resiko penyakit yang disebabkan mengkonsumsi jenis vape, kandungan beberapa bahan spesifik juga buat pengguna vape tidak terlepas dari bahaya.

Hal semacam ini di sampaikan Agus dalam acara peluncuran kampanye berkaitan bahaya rokok berupa iklan service orang-orang oleh Kementerian Kesehatan RI.

“Walaupun data dengan tentu dari WHO (Tubuh Kesehatan Dunia) maupun riset diluar negeri yang sekarang ini tunjukkan untuk penyakit penyakit beresiko belum juga banyak, namun efeknya telah mulai bermunculan setting ohm vape ” terang Agus, Jumat, 27 Januari 2017.

Dia menerangkan, berlainan dari rokok konvensional, vape tidak hasilkan asap namun uap. Tetapi, bukanlah bermakna pemakai vape dapat terasa lega. Pasalnya, resiko yang diakibatkan karena mengkonsumsi vape tidak dapat diangggap mudah baterai vape terbaik.

“Vape itu bukanlah asap namun uap, jadi berlainan serta mesti dibedakan. Bila rokok itu dibakar serta hasilkan asap. Bila vape itu cairan yang dipanaskan dengan baterai serta hasilkan uap. Dari bagian kandungan bahayanya sama, ” tuturnya.

Lebih jauh sekali lagi, dia menuturkan kalau bahaya yang mengintai pemakai vape terdapat pada cairan yang dipakai untuk hasilkan uap sesudah sistem pemanasan dengan elektrik atau memakai baterai. Cairan ini di ketahui memiliki kandungan beberapa zat karsinogen atau zat yang berbentuk menginduksi terjadinya kanker.

Mengenai, bahan berbentuk karsinogen yang terdapat dalam cairan vape diantaranya gliserol serta nikotin nitrosamine. Belum juga, sistem pemanasan cairan vape di ketahui melepas zat kimia formaldehida yang adalah zat karsinogenik.

“Setiap cairan memiliki kandungan beberapa zat itu. Menurut data-data WHO, dengan jumlah yang beragam, tidak sama, namun bahan karsinogen sekecil apa pun miliki kemungkinan yang perlu di perhatikan agar asap vape banyak, ” tegasnya.

Celakanya sekali lagi, pihak yang mungkin saja terjangkit penyakit karena mengkonsumsi vape tidak cuma pemakainya. Sama dengan rokok konvensional, perokok vape pasif atau yang terkena serta hirup uap dari vape juga berisiko terserang penyakit ganggguan pernapasan walau tidak konsumsi dengan segera.

“Menurut laporan WHO, perokok pasif untuk vaping itu efeknya sama. Pperokok pasif berisiko karna uap yang terhisap juga dapat memasukkan bahan beresiko seperti nikotin radikal bebas ataupun karsinogen, ” tuturnya.