Begini Penyebab Harga Penjualan Pokok (HPP) Gabah Kering Mencekik Petani
Bogor- Nilai Harga Pembelian Pemerintah (HPP) kepada gabah kering tdk relevan kembali. Kenaikan HPP 12% dikira akademisi tak seimbang dengan laju inflasi yg mencapi 28% pada 2017 waktu lalu.
Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (Perhepi) serta Institut Pertanian Bogor (IPB) lantas setuju utk menganjurkan HPP naik jadi Rp4. 300 per kilo-gram gabah.
" HPP sekarang udah tak masuk akal. Itu mencederai petani, " kata Guru Besar IPB Dwi Andreas Santosa.
Menurut dia, arah pemerintah menempatkan HPP merupakan utk menambah keejahteraan petani. Akan tetapi, tak berbanding lurus dengan yg berjalan di lapangan.
Dwi menemukannya, pembelian gabah di tingkat petani berpedoman pada HPP Rp3. 700 per kilo-gram. Dia harapkan, andil Bulog diperkuat dalam hal tersebut, khususnya menyerap hasil produksi petani. " Andaikan intrumen HPP rasional, Bulog dapat bergerak tambah baik kembali, " kata dia.
Baca Juga: harga pokok penjualan
Bulog dikira belum pula maximum menyerap gabah dari petani sepanjang 2017 waktu lalu. Pasalnya, hasil kajian di 26 daerah, produksi pertanian padi sampai Januari 2018 meraih Rp4. 200 per kilo-gram.
" Jadi kami usulkan HPP sekurang-kurangnya naik Rp4. 300 per kilo-gram gabah kering panen, " tegasnya.
Sesaat Wakil Ketua Umum Perhepi Bastanul Arifin lantas menilainya, HPP gabah kering Rp3. 700 per kilo-gram terlampau rendah buat petani. Nili HPP yg diputuskan dalam Instruksi Presiden No 5 Th. 2015, kata dia, selayaknya direvisi sejalan laju inflasi.
Artikel Terkait: perhitungan pph 21
Dia mengasumsikan, data pertanian serta pengan nasional baru bakal diumumkan pada Agustus 2018 lain kesempatan. " Data baru itu pastinya lebih rendah dari saat ini. Tetapi itu tak utama. Apa yg disiapkan pemerintah itu lebih utama ketimbang membicarakan substansinya, " kata Bastanul. Read More: PPH 21.